Rabu, 17 Oktober 2018

Sejarah kata "Narsis"

       
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ



          Kata Narsis berasal dari nama dewa dalam mitologi Yunani "Narcissus". Ia dikenal sebagai seorang pria yang rupawan dan angkuh. Oleh karena itu, Narcissus dikutuk oleh para dewa untuk jatuh cinta dengan bayangannya sendiri (Gambar: Caravaggio - CC0 Public Domain).

    Cerita mengenai Narcissus memiliki beragam versi, salah satunya adalah versi dari buku Metamorphoses karya pujangga Romawi kuno, Ovid.

       Suatu hari Narcissus sedang berjalan di hutan. Echo, seorang peri gunung yang cantik jelita melihat Narcissus dan seketika saja jatuh cinta, lalu mengikutinya. Narcissus merasa dia sedang diikuti dan berteriak "Siapa itu?". Echo mengulang "Siapa itu?". Echo akhirnya mengungkapkan identitasnya dan berusaha untuk memeluk Narcissus, namun Narcissus menolak dan menyuruhnya untuk pergi. Akibat penolakan itu, Echo menjadi patah hati dan menghabiskan sisa hidupnya dalam kesepian yang mendalam.

       Nemesis, dewi balas dendam, mengetahui peristiwa tersebut dan memutuskan untuk menghukum Narcissus. Nemesis menarik Narcissus ke pinggir kolam yang begitu jernih layaknya cermin. Saat melihat ke arah kolam, Narcissus terpesona dan jatuh cinta dengan bayangan yang tercermin di permukaannya. Ia tidak menyadari bahwa bayangan tersebut adalah bayangannya sendiri. Saking jatuh cintanya, Narcissus seakan tidak pernah puas memandang bayangan dirinya sendiri. Hari-hari berlalu, semakin lama tubuh Narcissus semakin lemah dan terus melemah, hingga maut datang menjemputnya. Wajahnya yang pucat membayang di permukaan air yang tenang.

        Para peri hutan meratap sedih mengetahui Narcissus tak bernyawa lagi. Yang paling berduka tentu saja Echo. Ia duduk di samping Narcissus dan tak henti-hentinya menangis sampai ia tertidur karena kelelahan. Saat ia terbangun keesokan harinya, tubuh Narcissus tidak terlihat lagi. Di tempatnya sekarang tumbuh sekuntum bunga berbau harum, yang kemudian disebut bunga Narsis (latin. amarylidaceae). Hingga Saat ini bunga Narsis sering digunakan pada upacara kematian dalam tradisi Yunani. Echo yang tak mampu menahan kepedihan hatinya, berjalan tak menentu di dalam hutan dan akhirnya meninggal karena duka cita yang mendalam.

      Dalam dunia piskologi, narsisisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah terebut pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud, yang diambil dari mitos Narcissus yang sudah dijelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya.

         Ditinjau dari sisi yang positif, narsisisme bisa mempengaruhi seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Di sisi lain, apabila jumlahnya berlebihan, narsisisme dapat menjadi sebuah kelainan kepribadian. Seseorang yang narsis biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, namun apabila narsisisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan kepribadian, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya sebagai orang yang paling hebat tanpa bisa menghargai orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar